Langsung ke konten utama

Cerita Healing Ku Menjadi Relawan RuBI (Ruang Berbagi Ilmu) di Pulau Panjang, Natuna

Cerita pengalaman menjadi relawan RuBI (Ruang Berbagi Ilmu) di Natuna 2023
Relawan RuBI (Ruang Berbagi Ilmu) Natuna Bertuah 2023

Apa yang akan kamu lakukan saat tidak hanya tubuh yang capek, tapi batin juga? Jawabannya adalah healing. Bahasa gaul yang sekarang sudah sangat familiar gak sih di semua kalangan? Berbagai macam cara orang-orang lakukan sebagai bentuk memulihkan diri demi mendapatkan ketenangan fisik dan mental. Ada yang olahraga, memasak, mendaki, ataupun staycation

"Kenapa mau ikutan jadi relawan RuBI lagi? Kan udah pernah," ucap Kak Hiro yang menceritakan bagaimana respon temannya saat tau Kak Hiro untuk ketiga kalinya (kalau Bee enggak salah ingat ya) bergabung di kerelawanan RuBI (Ruang Berbagi Ilmu). Dan jawabannya adalah healing.

Jadi enggak heran ya banyak orang yang rela donasi waktu, tenaga maupun materi demi memperoleh kepuasan batin. Seperti yang Lita, relawan RuBI lainnya, ceritain di video Reels di Instagramnya, "cara menghabiskan duit biar gak nyesal adalah dengan 'membeli' pengalaman." Salah satu contohnya adalah ikut berkontribusi di kegiatan kerelawanan. 

Dengan mengikuti kegiatan sosial kita akan merasa terhubung dengan orang lain dan menjadi suatu langkah positif dalam proses healing. Jadi tak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tapi juga masyarakat. Perasan yang sama Bee rasakan saat ikut doctorShare dan RuBI.

Ngomongin kegiatan kerelawanan, sebelumnya Bee sudah pernah cerita keseruan menjadi relawan di doctorShare. Nah Bee masih punya 'hutang' (dengan diri sendiri) buat cerita pengalaman saat menjadi relawan RuBI bulan November 2023 lalu.

Berlayar 31 Jam Menggunakan Kapal Pelni Dari Pontianak Ke Natuna

Sedikit perkenalan, RuBI (Ruang Berbagi Ilmu) merupakan gerakan turunan dari Indonesia Mengajar. RuBI menjadi wadah bagi para profesional untuk dapat berkontribusi dalam berbagi materi ajar kepada penggerak pendidikan, seperti guru, orangtua, dan pendidik lainnya di Indonesia.

Awal cerita Bee memutuskan ikut RuBI sebagai relawan dokumentasi karena diajak Kak Maya. Yaaaa hitung-hitung buat menambah pengalaman dan momennya pas untuk menyembuhkan hati yang terluka ini, haha. 

Dari lima destinasi kegiatan, Bee memilih Pulau Panjang, Kabupaten Natuna. Kalau dilihat dari peta, pulaunya nyaris tidak terlihat, dan perlu kita zoom berkali-kali untuk dapat menemukan letak Pulau Panjang. Alasan lainnya karena paling dekat dengan Pontianak dan masuk budget, hehe. Rombongan keberangkatan relawan RuBI terbagi dua, ada yang dari Pontianak menggunakan kapal, yaitu Bee, Kak Maya, dan Kak Hiro. Sedangkan relawan lainnya dari Jakarta - Batam - Ranai menggunakan pesawat.

Alur perjalanan dari Pontianak ke Natuna menggunakan Kapal Pelni
Alur perjalanan dari Pontianak ke Natuna menggunakan Kapal Pelni

Sebelum berangkat naik kapal, Bee sudah mewanti-wanti diri sendiri untuk tidak memiliki ekspektasi apapun selama berlayar. Surprisingly, ternyata berpergian menggunakan kapal tidak seburuk yang dibayangkan. Meskipun ada sedikit hal-hal yang kurang menyenangkan, tapi Alhamdulillah masih bisa  terlewati.

Perjalanan 31 jam jadi gak berasa karena mungkin bareng dengan teman kali ya? Jadi meskipun tidur, bangun, makan, bengong, ngobrol, tidur lagi, dan gitu aja terus berulang selama 31 jam berasa gak bosan.

Pelayaran ini berangkat dari Pelabuhan Dwikora Pontianak dan berlabuh di Selat Lampa, Natuna. Sebelumnya ada dua kali transit di Serasan dan Midai. Sepanjang berlayar pemandangan laut biru toska dan langit biru cerah di peraiaran Natuna sangat memanjakan mata.

Gelombang Ombak Musim Utara

Wajah limau purut busuk, begitulah masyarakat Natuna menggambarkan gelombang laut musim utara yang terjadi dari bulan November sampai Februari berdasarkan sumber referensi wikipedia yang Bee baca. Ya memang wikipedia gak bisa jadi sumber referensi valid, tapi di sini menariknya karena apa yang digambarkan memang seperti apa yang Bee dan 11 relawan RuBI lainnya rasakan. Benar, benar menguji adrenalin. 

Hujan disertai angin kencang siang dan malam, ditambah lagi BMKG mengeluarkan pengumuman peringatan dini gelombang tinggi. Sehingga keberangkatan kami ke Pulau Panjang menjadi tertunda sehari, bahkan terancam batal. Alhamdulillah, keesokan harinya cuaca cerah, dan diprediksi aman untuk berlayar menggunakan speedboat Pemda Natuna. Terima kasih Pak Rodhial Huda (Wak Yal) Wakil Bupati Natuna, sudah izinkan kami untuk menumpang berlayar dengan speedboat ke Pulau Panjang.

Relawan RuBI berlayar menuju Pulau Panjang, Kepulauan Natuna
Relawan RuBI berlayar menuju Pulau Panjang

Kami semua relawan RuBI bersama rombongan Wak Yal berangkat subuh, perjalanan kurang lebih memakan waktu empat jam. Di tengah perjalanan atau lebih tepatnya di tengah laut, kami semua harus berpindah kendaraan ke kapal nelayan dikarenakan angin yang cukup kuat sehingga speedboat yang ditumpangi tidak dapat bersandar ke dermaga. 

Begitu juga pulangnya, kami harus segera meninggalkan Pulau Panjang keesokan subuh nya dan menginap di Pulau Subi sehari. Hal ini disebabkan cuaca yang tidak mendukung dan dikhawatirkan kami terjebak tidak dapat pulang ke Ranai lusanya kalau kami masih kekeh ingin melanjutkan kegiatan selama dua hari. Gimana gak panik kami semua. Meskipun begitu, ditengah kepanikan kami masih bisa haha hihi ketawa. Biar gak stres stres banget lah yaaa, hehe. Eh, atau itu pertanda stres? Nah loh.

Ternyata ombak saat perjalanan pulang ke Ranai, Masya Allah, luar biasa banget buat Bee dan beberapa rombongan RuBI lainnya yang sibuk bolak-balik ke WC, muntah. Obat mabuk perjalanan gak ngefek sama sekali. Malah Kak Nanda baru berasa efeknya setelah sampai, haha. Padahal sebelum berangkat udah isi perut dengan kue, tapi ya mau gimana lagi badan tidak bisa bohong. Bawa tidur salah, bawa duduk salah, ditambah kepala pusing, perut berasa diaduk-aduk dan perih banget. Muntahan pun dari yang bening sampai kuning. Bisa dibayangkan betapa leganya ketika kaki menginjak tanah.

Jadi Narasumber RuBI, Apakah Harus Berprofesi Sebagai Guru?

Jawabannya, Enggak. Awalnya Bee kira semua relawan RuBI yang menjadi narasumber memiliki background pekerjaan dan pendidikan sebagai seorang guru. Ternyata tidak harus, dan tidak masalah sama sekali kalaupun kita berprofesi bukan di ranah pendidikan. Nantinya sebelum keberangkatan semua narasumber akan dibekali ilmunya melalui pelatihan atau mini workshopnya oleh RuBI. Ketik di Pulau Panjang, materi yang relawan RuBI sampaikan adalah parenting untuk orangtua, disiplin positif, pendidikan berbasis tik, dan metode belajar kreatif untuk guru. Jadi siapapun kamu, apapun pekerjaan kamu, memiliki kesempatan yang sama untuk berkontribusi dan berbagi ilmu kepada para penggerak pendidikan di Indonesia melalui RuBI. Seperti yang Ki Hajar Dewantara sampaikan, "setiap orang menjadi GURU. Setiap rumah menjadi SEKOLAH."

Relawan RuBI berbagi ilmu mengenai metode belajar kreatif ke guru-guru di Pulau Panjang
Relawan RuBI berbagi ilmu ke guru-guru di Pulau Panjang

Kegiatan belajar bisa menjadi sangat menarik dengan metode belajar kreatif yang dibagikan oleh relawan RuBI
Kegiatan belajar bisa menjadi sangat menarik dengan metode belajar kreatif yang dibagikan oleh relawan RuBI

Sebenarnya ada banyak cerita menarik dan untold story dari perjalanan Bee dan 11 relawan RuBI Natuna kemarin, seperti cerita Kak Nanda yang bergabung menjadi relawan karena nazar Ibu nya, Teh Euis yang pernah menjadi narasumber RuBI saat pandemi secara online kemudian penasaran ikutan yang offline dan banyak lagi cerita lainnya. Setuju gak nih kalau ceritanya ditulis dan dibukuin bareng-bareng?

Suasana saat kegiatan RuBI di Natuna
Suasana saat kegiatan RuBI di Natuna. Ada yang tau ini namanya tepuk apa?

Bagaimana? Tertarik healing dengan menjadi relawan RuBI? Bisa langsung silaturahmi ke akun instagram mereka: @ruangberbagiilmu.id . Supaya tidak ketinggalan informasi pendaftarannya, jangan lupa langsung di follow. Sampai jumpa di blog post Bee selanjutnya. Terus bersyukur, dan tebar kebaikan! Salam!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sayuran Khas Indonesia: Enaknya Tebu Telur

Sayuran Khas Indonesia: Enaknya Tebu Telur Pernahkah anda  mencicipi sayur Bunga Tebu? Bagaimana rasanya? Enak bukan? Atau jangan-jangan belum pernah mencobanya? Atau tidak tau bahwa tanaman yang mirip tebu ini memiliki bunga yang dapat dimakan? Bunga Tebu atau biasa disebut Tebu Telur adalah termasuk jenis sayur-sayuran. Dalam bahasa latin namanya adalah Saccharum edule Hasskarl . Kalau di Jawa, Tebu Telur bernama Tiwu Endog atau Terubus . Sedangkan di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur dikenal dengan Tebu Endog atau Tebu Terubuk . Alasan kenapa bunga tebu ini disebut Tebu Telur karena teksturnya mirip dengan telur ikan. Awalnya ketika Mama menawarkan Tebu Telur , dibayangan saya bentuknya bulat-bulat putih, lembek seperti ulat. Saya diam saja ketika tau Mama berhasil memborong banyak Tebu Telur di pasar Sanggau untuk dibawa pulang ke Pontianak sebagai menu masakan di rumah dan oleh-oleh ke tetangga.

Indahnya Pulau Seribu Bagan (Pulau Kabung) di Kalimantan Barat

Indahnya Pulau Seribu Bagan (Pulau Kabung) di Kalimantan Barat .  Hari Sabtu (22/08/2015) jam lima pagi, saya dan Mama berangkat dari Pontianak menggunakan bis antar daerah. Bis yang dinaiki bisa apa saja, asal melewat  Pantai Samudra Indah  daerah Bengkayang. Tarif setiap bis berbeda-beda. Mulai dari Rp.30.000,- sampai Rp.35.000,- per orangnya. Jam 07.30 pagi kami sampai di gerbang  Pantai Samudra Indah . Jarak dari gerbang ke dermaga cukup jauh. Pilihannya cuma dua. Jalan kaki atau naik ‘ojek’. Kalau yang ingin hemat dan menikmati daerah SI (Samudra Indah) dengan jalan santai, boleh-boleh saja. Tapi kalau yang membawa barang banyak atau anak kecil atau enggak kuat jalan? Saran saya lebih baik naik ‘ojek’. Sebenarnya ini ‘ojek’ bukan benar-benar ojek. Soalnya enggak ada pangkalannya. Tapi lebih tepatnya kita menumpang dengan warga yang kebetulan pergi menuju SI. Tarif naik ‘ojek’ ini Rp.10.000,-/motor

Sanggau, Keindahaan Indonesia yang Tersembunyi

Sanggau, Keindahan Indonesia yang Tersembunyi  -  Liburan panjang semester lalu saya habiskan di rumah dan jalan-jalan melihat keindahan daerah Kalimantan Barat. Tanah kelahiran saya. Perjalanan pertama adalah menikmati Pantai Batu Payung di Singkawang pada hari keempat atau kelima Idul Fitri. Dan menjelajahi Pulau Seribu Bagan atau Pulau Kabung. Baca juga: Indahnya Pulau Seribu Bagan (Pulau Kabung) di Kalimantan Barat Perjalanan selanjutnya adalah melancong ke Sanggau. Daerah seluas 12.857,70 km 2 dan terletak di tengah-tengah juga berada di bagian utara provinsi Kalimantan Barat ini ternyata memiliki pesona alam maupun wisata yang menarik serta patut dikunjungi. Perjalanan dari Kota Pontianak menuju Kota Sanggau memakan waktu sekitar 7-8 jam menggunakan mobil pribadi. Pak Su (paman), Mak Su (bibi) berserta anaknya yang berusia tiga tahun pun ikut pergi. Selain itu ada Kak As (teman Mama) dan Wulan (anak binaan panti tahfidzh di rumah) juga ikut. Total ada s...