Dua hal yang pasti pernah dilakukan oleh semua orang. Demi cinta, ia bisa saja merelakan waktunya atau perkerjaannya. Sebuah bukti atas rasa yang berwujud dalam bentuk pengorbanan. Maka kali ini saya akan menceritakan sebuah legenda cinta dari Nusa Tenggara Barat. Tentu saja legenda ini berkisah tentang seseorang yang rela berkorban demi cintanya. Dan di Kabupaten Lombok Tengah lebih tepatnya di sebuah Pantai bernama Pantai Seger semua kisah ini abadi bersama keindahannya.
Pada zaman dahulu terdapat sebuah kerajaan bernama Tonjang Beru. Kerajaan ini dipimpin oleh raja bernama Tonjang Beru dengan permaisurinya bernama Dewi Seranting. Karena Sang Raja adil dan bijaksana, maka rakyat negeri Tonjang Beru hidup makmur dan sejahtera. Kebahagiaan rakyat pun bertambah karena memiliki seorang putri yang cantik dan baik hati. Seorang putri kebanggan rakyat Tonjang Beru. Ia bernama Putri Mandalika.
Sumber: Penulis (Bee Balqis) |
Sang Putri memiliki paras yang amat
cantik jelita. Rambutnya panjang berkilau dan matanya indah. Selain itu ia
sangat anggun dan memiliki budi perkerti yang baik. Ia ramah, sopan dan tutur
bahasanya lembut. Jadi tidak heran, kecantikan hati dan fisiknya membuat
pangeran-pangeran dari berbagai daerah jatuh cinta dan tergila-gila ingin
menjadikan Putri Mandalika sebagai permaisuri mereka. Akan tetapi, Sang Putri
tidak bisa menerima semua perasaan mereka. Mendengar penolakan tersebut, dua
pangeran dari daerah yang berbeda menjadi sangat marah lantaran cintanya di
tolak. Mereka pun mulai mengancam Sang Putri. Jika ia tidak menerima cinta
mereka, maka mereka tidak akan segan-segan menghancurkan kerajaaan Tonjang
Beru.
Mendengar hal itu, Sang Putri
menjadi resah dan sedih. Ia tidak bisa menerima lamaran-lamaran tersebut. Karena
ia tau akan terjadi bencana jika ia mimilih lamaran salah satu dari mereka.
Maka ia memutuskan untuk mengundang semua pangeran di Pantai Seger pada tanggal
dua puluh bulan sepuluh (bulan sasak) menjelang fajar sebelum adzan subuh
berkumandang.Saat
itu pula Sang Putri berdiri di onggokan batu sembari mengumumkan keputusahannya
di hadapan semua pangeran dan rakyatnya yang ikut hadir.
Dengan tegas dan lantang ia berseru,
"Wahai ayahanda dan ibunda serta semua pangeran dan rakyat negeri Tonjang Beru yang aku cintai. Hari ini aku telah menetapkan bahwa diriku untuk kamu semua. Aku tidak dapat memilih satu diantara pangeran. Karena ini takdir yang menghendaki agar aku menjadi Nyale yang dapat kalian nikmati bersama pada bulan dan tanggal saat munculnya Nyale di permukaan laut."
Setelah itu ia mencampakkan sesuatu
di atas batu. Dan betapa terkejutnya semua pangeran dan rakyat Tonjang Beru,
lantaran Sang Putri telah menceburkan diri ke dalam laut. Sang putri pun ditelan
gelombang ombak besar disertai angin kencang dan kilatan petir. Pada saat itu
pula mulai muncul binatang-binatang kecil seperti cacing laut bernama Nyale
dalam jumlah yang sangat banyak. Rakyat yang melihat pun berbondong-bondong
memburu dan menangkapnya untuk dinikmati sebagai makanan atau keperluan yang
lainnya. Rakyat pun menduga binatang-binatang kecil tersebut adalah jelamaan
dari Putri Mandalika.
Kini secara turun temurun setiap tanggal
dua puluh bulan sepuluh atau lima hari setelah bulan purnama, masyarakat Pulau
Lombok mengadakan Tradisi Nyale atau menangkap cacing laut yang telah menjadi
tradisi turun temurun dan kebanggan mereka. Acara-acara menarik pun digelar
berupa kesenian tradisional seperti Bertandak (berbalas pantun), Bejambik
(pemberian cendera mata kepada kekasih), Belancaran (pesiar dengan perahu).
Bahkan Peresean dan drama kolosal Putri Mandalika juga turut memeriahkan acara.
Dan tentu saja acara intinya yaitu menangkap Nyale. Menurut kepercayaan masyarakat Pulau
Lombok, Nyale adalah binatang ciptaan Tuhan dan wujud betapa besarnya kebesaran
dan kuasa Tuhan. Sehingga cacing laut ini dianggap sebuah keberuntungan dan
pertanda baik.
Saya jadi penasaran bagaimana
sensasi menangkap Nyale sambil menikmati sunrise
di Pantai Seger Pulau Lombok? Buat teman-teman, apa masih ada alasan untuk
tidak memijakkan kaki ke Pulau Lombok? Semoga saja tidak.
"Bukankah sebuah perjalanan yang bijak tidak hanya tentang kesenangan diri tapi juga cara agar menjadi pribadi yang lebih baik. Dan di setiap perjalan mengandung hikmah dan manfaat yang terkadang jarang kita sadari."
Dan menurut saya dibalik keindahan
Pantai Seger juga memiliki sebuah kisah
cinta yang melegenda. Kisah seorang putri yang sangat mencintai daerah dan
rakyatnya. Sehingga ia rela mengorbankan dirinya sendiri. Saya pun berpikir,
saya yang berwarga negara Indonesia apakah benar mencintai negeri ini? Disana sudah
sepuluh, dua puluh, tiga puluh bahkan ribuan pemuda-pemudi Indonesia yang
mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk mengharumkan tanah air. Sebagai
bukti cinta terhadap ibu pertiwi. Dan saya? Ah, betapa malunya raga ini.
Komentar
Posting Komentar