Langsung ke konten utama

#SaveSuriah: Saya Tak Ingin Lagi Mati Rasa

Suriah

#SaveSuriah: Saya Tak Ingin Lagi Mati Rasa - Sebuah notif muncul di layar telpon pintar berwarna abu-abu. Memberi tau bahwa ada video yang masuk beberapa detik lalu di chat grup Instagram. Karena penasaran, saya buka file video tersebut. Sepertinya hanya video makanan atau video lucu.

Ternyata, saya salah. Sewaktu menonton video berdurasi lima belas detik tersebut, dada terasa begitu sesak dan nyilu. Seorang anak kecil tengah menangis juga merintih saat sejumlah orang berusaha menyelamatkannya dari reruntuhan bangunan. Ia sama sekali tak dapat bergerak, sebab tubuhnya tertindih puing-puing bangunan. Sedangkan wajahnya penuh dengan debu putih.
“Aleppo.”
Sebuah teks pesan muncul, disusul video kedua. Jujur saja, waktu itu pertama kalinya saya mengenal kata “Aleppo”. Tapi apa hubungannya dengan video tadi? Siapa anak yang bernasib malang itu? Apa yang sebenarnya terjadi?


Saya pun men-stalk akun video tersebut, demi menjawab berbagai tanda tanya di kepala. Seketika mataku perih saat melihat beberapa foto dan video yang muncul di layar smartphone. Saya berasa telah menjadi manusia yang telah mati rasa. Selama ini saya kemana? Sehingga telat menyadari semua ini.

Kedua jempolku pun mulai menyentuh layar handpon. Melayangkan pertanyaan di grup untuk memastikan berita  dari hasil stalking tadi. “Itu bukan di Suriah ya? Paris ada apa?”
“Oo Aleppo, Suriah ya,” respon teman saya lainnya yang malah menanggapi pertanyaanku sebagai pernyataan.
“Aleppo tuh kayak Palestina ya ceritanya?”
Sneak peak obrolan di grup instagram. (Sarangheyo nama grupnya, haha)

Belum terjawab keraguan saya, malah sebuah pertanyaan kembali masuk di percakapan grup. Sepertinya tak ada satupun yang benar-benar tau, apa yang sebenarnya telah terjadi.

#Suriah

Saya mulai mencari tau dengan mengunakan hashtag diatas. Dalam hitungan detik, ratusan foto dan video bermunculan. Saya pilih beberapa saran hashtag di layar pencarian instagram. Lalu mengetik kata kunci lainnya. #Aleppo #SaveAleppo

Suriah, Apa Yang Sebenarnya Terjadi?

Suriah
Sumber: Instagram Aksi Cepat Tanggap

Berdasarkan hasil pencarian, ternyata Aleppo adalah salah satu kota besar di Suriah. Letaknya berada di utara dan paling dekat dengan negara Turki. Menurut berita yang diterbitkan di situs resmi Aksi Cepat Tanggap (ACT), ternyata konflik Suriah ini sudah terjadi setengah dekade atau lebih tepatnya sejak tahun 2011.

Awal terjadinya konflik Suriah dipicu oleh penangkapan sejumlah remaja yang menggambar coretan grafiti. Mereka melakukan itu sebagai bentuk protes terhadap pemerintahan yang berkuasa hingga kini yaitu rezim Bashar al Assad. Ternyata protes dalam bentuk gambar coretan itu ditanggapi secara serius oleh rezim. Dimana ditemukannya jenazah pemrotes tersebut.

Mendapati hal itu, warga Suriah mulai melakukan demonstrasi damai dan gerakan protes secara besar-besaran. Demi menuntut penyelidikan atas kematian para pemrotes. Namun lagi-lagi rezim merespon aksi damai ini secara serius dengan menangkapi para pemrotes dan melancarkan aksi militer. Alhasil, masyarakat semakin naik pitam dan bergerak juga berusaha melawan rezim. Saya semakin kaget, saat mengetahui bahwa Rusia pun ikut terlibat pertikaian ini sebagai sekutu rezim. Tak heran, kondisi Suriah semakin memanas dan mencekam.

Peluru-peluru tajam melesat, gemuruh bom dan roket dijatuhkan. Sehingga telah menewaskan ratusan orang yang tak bersalah. Bahkan Rumah Sakit Quds di Aleppo juga tak luput dari serangan pada tanggal 29 April 2016 lalu, yang menewaskan 50 warga sipil. Termasuk seorang dokter spesialis anak satu-satunya di Aleppo.

Dada terasa sesak dan perih saat mengetahui keadaan anak-anak dan warga sipil yang sama sekali tak bersalah disana. Mereka kehilangan anggota keluarga, kehilangan rumah, merasakan luka juga sakit akibat serangan bom, kelaparan bahkan nyawa mereka pun setiap detik terancam.

Entah berapa kali saya menghela nafas dengan keras, sebab tak mampu menahan rasa sedih juga kesal. Karena diri sama sekali tak bisa banyak berbuat untuk menolong mereka. Saya benar-benar tak berdaya.
“Mom, Mom. I want my mom.”
Masih terekam lekat di kepala, bayangan dua orang anak  kecil sedang menangis tersedu-sedu sambil berlari memanggil satu nama di salah satu cuplikan video berdurasi dua menit lebih (Lihat video disini: Stop Suriah Memerah Darah).

Apa Yang Bisa Saya Lakukan? 

Suriah
Sumber: Instagram Aksi Cepat Tanggap
Mengutip ungkapan seorang pengungsi Suriah di Damskus, Lebanon dari berita situs resmi Aksi Cepat Tanggap, “Syria is our country and we want to go back there. We don’t know who is right and who is wrong, but I know we civilians are paying the price.”

Seperti diketahui telah setengah dekade konflik Suriah telah terjadi. Terlepas siapa yang sebenarnya benar dan siapa yang salah, faktanya konflik ini telah menjadi ‘bencana’ krisis kemanusiaan terburuk. Yang menjadi tanda tanya saya, kenapa dengung #SaveAleppo tak sebesar #SaveParis? Padahal kedua peristiwa tersebut sama-sama menelan banyak korban yang tak bersalah.

Bahkan berdasarkan Physcian for Human Right telah mencatat bahwa konflik Suriah yang terjadi mulai dari Maret 2011 hingga November 2015 telah mengalami 336 penyerangan. Dimana penyerangan tersebut dilakukan pada tidak kurang dri 240 fasilitas kesehatan di Suriah. Serangan itu pun menewaskan 697 tenaga medis.

Secara hati nurani dan logika, sebagai manusia saya tak ingin menanggapi ‘bencana’ krisis kemanusiaan ini hanya dengan berskiap simpati, tapi juga ingin ikut berempati. Membantu dan meringkan penderitaan adik-adik Suriah disana. Menebarkan senyuman untuk mereka.

Sebab setiap melihat wajah-wajah mereka, seketika saya teringat dengan Mama, Ayah, kedua adik saya, paman juga bibi, keponakan-keponakan di kampung halaman, guru-guru di sekolah, teman-teman dan semua orang terdekat saya. Membayangkan diri berada di posisi mereka yang terus dihantui hujan bom dan roket, sudah membuat saya ketakutan dan hati merintih juga pedih.

Bagaimana dengan teman-teman?

Bentuk kepedulian sudah seharusnya dibarengi dengan aksi nyata, bukan?  Jika tak dapat membantu banyak dengan materi. Semoga setiap doa yang kita panjatkan juga dapat membantu mereka disana. Karena saya pernah membaca, “Tidak ada sesuatu yang lebih besar pengaruhnya di sisi Allah Ta’ala selain doa (HR. Tirmizi).”

Saat ini banyak lembaga kemanusiaan yang siap menerima donasi dan bantuan untuk Suriah. Salah satunya Aksi Cepat Tanggap (ACT) dan Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU).

Suriah
Sumber: Instagram actforhumanity
Suriah
Sumber: Instagram pkpu_lkn

Semoga Allah senantisa menjaga dan melindungi kita semua. 

Sumber Referensi:
http://act.id/id/whats-happening/view/2780/derita-aleppo-sejarah-yang-terulang-dari-tragedi-sarajevo
http://act.id/id/whats-happening/view/2775/bantuan-ditahan-905.000-jiwa-di-tubir-kelaparan
http://act.id/id/whats-happening/view/2754/butuh-aksi-nyata-untuk-lindungi-aleppo
http://act.id/id/whats-happening/view/2747/setengah-dekade-suriah-merindu-hidup-tanpa-konflik

Disclaimer:
Saya tidak menerima kompensasi dalam bentuk apapun untuk tulisan artikel ini. Semua yang dituliskan dan dibagikan disini adalah hasil opini dari beebalqis.blogspot.com berdasarkan pengalaman pribadi dan beberapa bacaan di berbagai artikel.

Komentar

  1. ya Allah masih saja Suriah kena pembantaian, kapan itu berakhir, turut berduka dan mendoakan semoga saudara2 kita di sana selalu dalam lindungan Allah swt. aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, sedih banget kondisi disana.

      Aamiin ya Allah.

      Hapus
  2. Ya Allah, mata panas banget baca artikel ini, semoga segera ada perubahan positif di sana yaa..., sejauh ini baru bisa bantu doa aja ...

    BalasHapus
  3. Saya pun sedih baca ini.
    Semoga keadaan di Suriah lekas membaik. Aamiin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama mbak... malah baru-baru ini kabarnya Suriah di bom lagi. :(

      Hapus
  4. ya, aku sempat melihat foto foto viral di instagram tentang aleppo dan anak anak ini.. Astaghfirullahal'aziim.. semoga umat dunia segera berdamai. Amin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin mbak. Jadi sedih kalau ingat anak-anak korban perang disana :(

      Hapus
  5. Iya nih Mbak. Sedih sekaligus gregetan ga bisa ngapa2in Mbak. Hiks.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya sama mbak. Semoga meskipun hanya lewat doa dan dukungan, bisa meringankan kesedihan mereka.

      Hapus
  6. Iya nih Mbak. Sedih sekaligus gregetan ga bisa ngapa2in Mbak. Hiks.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertama Kalinya Ikut Buda' Blogger Pontianak Gathering di Hotel NEO Gajah Mada

Jam di layar handphone menunjukkan pukul 18:24 Wib. Sebelum berangkat, ta k lupa Bee memastikan kembali baterai dan kartu memori sudah terpasang di dalam kamera. Lalu b ergegas Bee taruh di dalam totebag.  "Sudah pasti terlambat," gumam Bee dan kemudian sedikit menambah laju motor mengingat di undangan acara akan dimulai 6 menit lagi. Ternyata arus lalu lintas kota Pontianak di malam jumat saat itu cukup ramai. Ada yang santai di coffee shop , berbelok menuju Mall, ataupun nongkrong di Taman Digulis. Sedangkan Bee dalam perjalanan menuju ke salah satu hotel bintang tiga Kota Pontianak, Hotel NEO Gajah Mada yang berlokasi di Jalan Gajah Mada untuk menghadiri Buda' Blogger Pontianak mini gathering .  Sebelum makan-makan, kita foto dulu

Gaya Berbusana Ramah Lingkungan Bersama Royal Golden Eagle (RGE)

Sustainable Fashion with Royal Golden Eagle Enggak apa-apa beli pakaian di toko-toko fast fashion , toh memang butuh dan terpakai, lagi pula tidak terus-terusan beli. Assalamu'alaikum. Hallo semuanya! Apakah kalian memikirkan hal yang sama? Begitulah respon Bee sebelum menulis tulisan ini. Berli ndung di kata-kata: terpakai dan tidak beli setiap saat, menjadi alasan untuk kita berbelanja pakaian fast fashion atau fesyen cepat. Namun setelah baca dan nonton berbagai referensi mengenai sisi gelap fast fashion , Bee rasanya ‘berdosa’, sedih, dan menyesal karena fast fashion tidak hanya berdampak buruk buat lingkungan, tapi juga sosial.

3 Tips Sustainable Fashion Dalam Kehidupan Sehari-hari Bersama Asia Pacific Rayon (APR)

Manusia tidak akan sehat, tanpa alam yang sehat, dan begitu juga sebaliknya. Assalamu'alaikum. Hallo semuanya! Ini adalah kutipan dari Bu Kinari Webb, pendiri organisasi nirlaba Bernama ASRI, tempat Bee bekerja. Kata-katanya sangat membekas dan nyambung ya dengan kita. Tak bisa dipungkiri bahwa manusia sangat membutuhkan Bumi yang sehat untuk dapat hidup sehat. Namun kita sering lupa untuk merawat ‘rumah’ kita ini, ygy? Contohnya saja apabila ada kebakaran hutan atau meningkatnya polusi udara maka akibatnya manusia berisiko terkena penyakit pernapasan. Untuk mengurangi dampak dari krisis iklim maka diperlukan aksi nyata dalam menjaga Bumi dengan menerapkan gaya hidup ramah lingkungan atau sustainable living . Langkah yang paling mudah, seperti hemat energi, menggunakan transportasi umum, mengurangi penggunaan plastik, dan melakukan daur ulang kertas secara kreatif atau disebut juga paper upcycling . Oh iya, ternyata apa yang kita pakai pun bisa mempengaruhi lingkungan loh? Pa