Langsung ke konten utama

Petualangan Spontan Ikutan Pameran Foodscapes Bentang Pangan di Batu Ampar, Kalimantan Barat

Jam 9 pagi, lalu-lalang perahu, sampan, dan klotok terlihat sibuk di sekitar perairan Batu Ampar. Selama lima hari empat malam Bee tinggal di rumah yang memiliki teras belakang menghadap langsung ke sungai. Angin sepoi-sepoi yang berhembus tentu sangat menggoda buat rebahan sambil main HP dan scroll media sosial. Tapi Bee ingin menikmati waktu yang tersisa dua jam lagi sebelum kepulangan Bee ke Pontianak dengan menuliskan keseruan Bee selama di desa yang mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan.

Perjalanan dari Pelabuhan Senghi, Pontianak ke Batu Ampar memakan waktu tiga setengah jam menggunakan kapal speed. Surprisingly, ini pertama kalinya Bee menemukan kapal speed dari Pontianak yang memiliki fasilitas AC, kursi yang nyaman, dan makanan (kemarin Bee dapat ayam geprek). Mendekati Pelabuhan Batu Ampar, Bee langsung dapat melihat Bukit Batu Ampar yang hijau dan bangunan-bangunan pertokoan dan rumah masyarakat di tepian sungai. 

Ajakan Spontan Uhuyyyy

Sebelum ke Batu Ampar, Bee juga mendapatkan ajakan trip spontan ke Singkawang. Nah, saat jalan-jalan di Kota Seribu Kelenteng itulah Bee menerima pesan WA yang mengabarkan bahwa temannya lagi mencari relawan acara pameran. Pamerannya gak sembarangan, yaitu hasil penelitian mengenai bagaimana nelayan-nelayan skala kecil di sekitar perairan bakau Desa Batu Ampar memaknai pangan di kesehariannya. Menariknya, foto-foto keseharian warga yang menjadi peserta penelitian ini dipotret oleh mereka sendiri. Total ada 800 foto dan banyak cerita yang terkumpul oleh 27 warga dari Desa Batu Ampar.

"Aku mulai tertarik nih, wkwk" respon Bee setelah dijelasin detail kegiatannya secara singkat.

Berselang dua hari setelah kepulangan dari Singkawang,Bee kembali menggendong carrier menuju Ke Batu Ampar. Batu Ampar, I am comingggg!!!

Mendadak 'Konser'

"Oka, nanti saat kunjungan dari sekolah-sekolah dari tanggal 7-8 Februari boleh bantu menjadi fasilitator?"

Bayangkan, orang yang biasanya pegang kamera di setiap acara, kali ini diminta pegang microphone. Mulai deh overthingking, bisa gak ya buat suasana menyenangkan? dan yang paling penting bisa gak ya goal pesan dari pameran ini tersampaikan ke adik-adik sekolah nantinya?

Malam harinya Bee pun mulai latihan dari video-video tepuk-tepuk tangan yang pernah Kak Maya share. Alhasil Bee putuskan untuk menggunakan tiga macam tepuk, yaitu tepuk selamat pagi, tepuk semangat koboi yang diganti jadi tepuk semangat jale, dan tepuk hmmm mantap. 

Selama dua hari Bee full memandu sesi kunjungan pameran dari empat sekolah. Karena tidak terbiasa ngomong banyak di depan umum bisa dibilang suara mulai serak, serasa habis konser, haha.

Dan akhirnya dengan bermodalkan pengalaman nonton Mbak Etty mengajar anak-anak ASRI Kids & Teens - tempat Bee kerja dulu, dan pengalaman nonton Kak Maya tepuk-tepuk tangan saat nge-RUBI, Bee dapat memandu acara dengan baik. Ini semua juga berkat teman-teman foodscapes lainnya yang kompak dan keren.

Nelayan Mangrove di Hilir Sungai Kapus Bercerita Lewat Foto

Pameran bentang pangan bertemakan "Nelayan Kecil, Perairan Bakau & Pangan" ini  menampilkan foto-foto yang menceritakan bagaimana para nelayan mangrove di hilir Sungai Kapuas, Batu Ampar memaknai makanan, tempat, kegiatan sehari-hari dan mata pencahariannya di tengah perubahan lingkungan dan sosial. 

"Pokok tenanglah rase kalo di laut tuh, pikiran tuh tenang, ndak banyak pikiran. Makin kalau dapat ikan ya Allah, semangat rase!" cerita salah satu peserta yang ikut berkontribusi mengumpulkan cerita dan fotonya.

Siapa yang relate dengan kutipan di atas? Ada juga peserta penelitian lainnya yang menyampaikan bahwa ia merasa makanan terasa semakin enak saat dimakan bersama keluarga atau teman. Sambil makan, sambil bercerita.

Kalau Bee enggak ikutan pameran bentang pangan, Bee tidak akan semakin memahami bagaiaman makanan yang tersaji di atas meja kita melalui perjalanan yang panjang, mulai dari saat dicari, melaut, menanam, memanen, membeli, menjual, membersihkan, mengolah, memasak, makan, makanan dicerna, menjadi tenaga dan kekuatan buat kita beraktivitas.

Kepiting, ikan, dan kerang yang terhidang yang ditangkap oleh para nelayan menjadi bukit bahwa perairan dan hutan bakau adalah rumah serta sumber kehidupan masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. Mereka lah yang memiliki peran kunci dalam menjaga alam agar tetap terjaga.

Terima kasih teman-teman foodscapes, Uti, Mika, Citra, Leni yang sudah mengajak Bee bergabung di kegiatan yang super fun dan bermakna ini. Sampai jumpa di kesempatan lainnya yaaa.

Sekian cerita petualangan Bee di Batu Ampar dalam rangka mengikuti pameran bentang pangan sebagai relawan dokumentasi yang tiba-tiba jadi MC ini hehe. Sampai jumpa di cerita selanjutnya. Terus bersyukur, tebar kebaikan. Salam!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Restoran All-You-Can-Eat Terbaik di Indonesia: Mana yang Paling Worth It?

Konsep all-you-can-eat (AYCE) semakin populer di Indonesia, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Restoran dengan sistem makan sepuasnya ini menawarkan berbagai pilihan hidangan, mulai dari daging panggang, hotpot, hingga makanan khas Jepang dan Korea. Namun, tidak semua restoran AYCE memberikan pengalaman makan yang memuaskan. Untuk itu, Rajakuliner akan membahas beberapa restoran all-you-can-eat terbaik di Indonesia yang paling worth it untuk dicoba. Apa yang Membuat Restoran All-You-Can-Eat Worth It? Sebelum memilih restoran AYCE, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan: 1. Kualitas dan Variasi Menu Restoran AYCE yang berkualitas biasanya menawarkan berbagai pilihan daging, seafood, sayuran, hingga makanan pendamping seperti nasi, sup, dan dessert. Semakin banyak variasi yang ditawarkan, semakin menarik restoran tersebut untuk dikunjungi. 2. Harga vs. Porsi Harga yang mahal tidak selalu menjamin kualitas terbaik. Restoran AYCE yang worth it adalah...

Tren Restoran Berkelanjutan: Makanan Lezat dengan Jejak Karbon Rendah

Gaya hidup hijau semakin berkembang, termasuk dalam dunia kuliner. Kini, banyak restoran yang menerapkan konsep berkelanjutan dengan menyajikan makanan berkualitas tinggi, tetapi tetap ramah lingkungan. Konsep ini tidak hanya mengurangi dampak lingkungan tetapi juga meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pola makan yang lebih sehat dan bertanggung jawab. Jika Anda tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang praktik berkelanjutan di dunia kuliner, kunjungi https://www.greenvalleynow.org/ dan temukan berbagai tips serta informasi tentang gaya hidup hijau.

Tren Slow Travel: Menikmati Perjalanan dengan Lebih Santai dan Bermakna

Di era serba cepat ini, banyak orang mulai beralih ke tren slow travel , yaitu cara bepergian yang lebih santai dan mendalam. Tidak seperti wisata konvensional yang sering terburu-buru, slow travel mendorong wisatawan untuk menikmati setiap momen perjalanan dengan lebih tenang, memahami budaya lokal, dan menjalin interaksi lebih dalam dengan masyarakat setempat. Jika Anda tertarik untuk mencoba slow travel, Anda bisa mencari informasi lebih lanjut melalui Linksdir .